Kasus yang Ditangani oleh L part 1
Hi guys, seperti yg udah dijanjiin sebelumnya di topik gue bahwa gue akan turut berpartisipasi membuat fanfic. Setelah mengalami kejadian yg agak2 gimana gitu, akhirnya gue memutuskan utk mengerjakan cerita ini. Tapi sebelum membaca cerita ini, perlu diingatkan : Seluruh cerita yg ada di dalamnya adalah fiksi semata, n tdk ada hubungannya dgn dunia nyata. Apabila ada suatu kesamaan, maka itu hanyalah suatu kebetulan saja.
Perlu juga utk diingatkan, jangan terlalu diambil hati. Kalo ada sesuatu yg agak2 mengganggu kalian, segera saja mem-posting atau mem-PM langsung si penulis. Biar gak ada kesalahpahaman.
I
Di dalam dunia yang kita jalani ini, penuh dengan pergulatan sengit melawan kejahatan. Sayangnya, manusia terlalu mudah terjerumus ke dalam lembah penuh nista itu karena bujuk rayu setan. Tepat sekali apa yang dislogankan oleh Bang Napi : Ingat! Kejahatan muncul bukan hanya karena adanya niat, tetapi juga karena ada kesempatan. WASPADALAH! Dan hal ini juga menimpa kehidupan kota IA beserta penduduknya. Ya, bahkan kejahatan pun tanpa tedeng aling-aling merasuki kehidupan warganya yang selalu hidup tentram sejahtera gemah ripah loh jinawi. Kita mulai saja cerita ini.
Seorang detektif swasta yang bernama L sedang tertidur pulas ketika tiba-tiba dibangunkan oleh suara dering telepon.
(Telepon) : Kring kring….
L : Halo….
Penelepon : Tominya ada, om?
L : Siapa ini?
Penelepon : Eci, om.
L : Edi?
Penelepon : Eci!
L : Egi?
Penelepon : (mulai kesal) C! C! Charlie!
L : Oh Charlie… Kok suaranya kayak perempuan?
Penelepon : (kalap) WAAAAAAHHHH…. (langsung ditutup)
Karena telepon yang tidak jelas juntrungannya dari siapa (atau mungkin salah sambung, kali), maka L kembali meneruskan tidurnya. Tapi kembali tidurnya diganggu oleh suara dering telepon (lagi).
(Telepon) : Kring kring…. Kriiiing…. Angkat, tolol!
L : Halo, Charlie lagi ya?
Inspektur : Ini gue, ONYON!
L : Oh, inspektur Vijay! Eh, sorry… inspektur Bakwan. Ada apa nich pagi-pagi udah ngebangunin?
Bakwan : Ada kasus. Mendingan loe ke sini sekarang. Gue tunggu di… (bicara berbisik-bisik). OK?
L : Hah? Taman Lawang?
Bakwan : Dodol loe! Di… (kembali berbisik-bisik) OK, gue tunggu. Buruan kalo masih pengen gue gaji.
L : Siap, pak! Buru-buru nich, perlu mandi dulu gak?
Bakwan : (suara telepon dibanting) Tut tut tut
L segera bergegas, bersiap menuju ke TKP (Tempat Kejadian, Pak!). Tidak lupa ia mandi, menggosok gigi, lalu menolong ibu membersihkan tempat tidurku… (kok malah nyanyi ya?) Lalu ia menyetop taksi yang sedang parkir tak jauh dari apartemennya.
L : Pak, langsung berangkat!
Supir : Hah???
L : Ayo, cepetan! Udah ditungguin nich.
Supir : Iya iya iya (lalu men-starter mobilnya) (tak lama, taksinya terhentak keras, GUSRAAK!)
L : Ada apa lagi nich?
Supir : Bapak sich minta buru-buru. Tadi saya lagi ganti roda. Terus karena diminta buru-buru, jadi lupa dech masang bautnya lagi.
L : D***, s*** (mengumpat tidak jelas karena banyak disensor)
Akhirnya setelah melalui perjuangan yang sangat berat dan melelahkan (sampe ada adegan dorong di tanjakan 45 derajat), L tiba di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu di kediaman sang korban. Dan ia pun langsung disambut oleh inspektur Bakwan yang langsung menggenggam tangannya (eits, jangan berpikiran yang negatif)
Bakwan : Akhirnya kau tiba juga, L
L : Ya, aku memang sedikit terlambat. Sorry.
Bakwan : Huhuhu, terlambat sedikit ya? 5 jam itu menurut loe sedikit ya? (sambil membawa palu super jumbo) DOENG…..
L : Itai… yamete, yamete kudasai… (meringkuk di pojokan)
Bakwan : Gak usah banyak becanda. Kita kembali ke laptop! Kamu kenal orang ini?
L : (mengamati dengan seksama) Hmm… hmmm, ya ya… hmm, tidak tidak… (berpikir sebentar, lalu) AKU TAHU! Dia khan…
Bakwan : Ya, memang dia.
L : Dia… dia…
Bakwan : Ya, dugaanmu tidak salah.
L : Dia, dia… dia siapa ya? (GEDUBRAK!)
Bakwan : (kembali mengambil palu super jumbo, kali ini yang special limited edition)
Ternyata si korban adalah seorang pengusaha kaya yang kikir, pelitnya naujubile, suka mengumpat, menghardik orangtua, selalu lupa cebok kalo abis “poop” (udeh, terusin aja. Terus…) yang selalu bernasib naas n punya ngaran Galerians (akhirnya… ) L lalu meneliti dan mengamati si korban yang bernasib tidak seberuntung dengan wajahnya yang emang ganteng dari sononya (narsis)
L : Inspektur, si korban benar-benar mengalami kondisi yang sangat tragis.
Bakwan : Maksud anda?
L : Coba lihat sendiri. Selain ia mengalami luka tusukan dengan sebilah pisau di dadanya, tangannya patah seperti dipukul dengan benda tumpul. Lalu di punggungnya banyak luka bekas sabetan, entah dengan alat apa. Kedua kakinya hancur seperti digilas sesuatu. Lalu lehernya dipelintir ke belakang, kepalanya retak bekas pukulan benda keras. Oh, di sini ada bekas lubang di kepala akibat tembakan. Dan ditambah lagi, korban juga diminumi racun.
Bakwan : Perbuatan orang yang sangat dendam sekali kepada makhluk tak berdaya ini. (menggeleng-gelengkan kepala) Tragis sekali nasibnya.
L : Ya, beruntung sekali orang ini mati.
Bakwan : (menengok dengan pandangan curiga)
L : Eh, nggak nggak. Bukan maksudnya begitu… (gelagapan) (menelan ludah) Maksudnya, untung ia lekas mati. Coba kalo udah kayak gini masih hidup…
Bakwan : Ya, betul sekali.
L : Kapan korban ditemukan dan siapa yang menemukan?
Bakwan : Kebetulan saya sendiri yang menemukan. Waktu itu, saya sedang berjalan kaki menuju ke kantor polisi dan ketika menemukannya di halaman, sudah dalam kondisi begini. Tapi bukan gue khan pelakunya?
L : Kita belum tau selama belum ada penyelidikan. Sabar aja, inspektur! Paling kalo bener inspektur pelakunya, cuma dikerek di tiang gantungan kok.
Bakwan : (menelan ludah lebih banyak sambil mengurut dada) Oh ya, kami juga berhasil membawa beberapa orang saksi untuk dimintai keterangannya soal kasus pembunuhan ini. Mereka sudah menunggu di ruang tamu.
L : Semuanya ada berapa orang?
Bakwan : Ada 7 orang dan semua dengan alibi yang agak meragukan.
L : Baiklah! Mari kita segera temui para saksi itu.
Perlu juga utk diingatkan, jangan terlalu diambil hati. Kalo ada sesuatu yg agak2 mengganggu kalian, segera saja mem-posting atau mem-PM langsung si penulis. Biar gak ada kesalahpahaman.
I
Di dalam dunia yang kita jalani ini, penuh dengan pergulatan sengit melawan kejahatan. Sayangnya, manusia terlalu mudah terjerumus ke dalam lembah penuh nista itu karena bujuk rayu setan. Tepat sekali apa yang dislogankan oleh Bang Napi : Ingat! Kejahatan muncul bukan hanya karena adanya niat, tetapi juga karena ada kesempatan. WASPADALAH! Dan hal ini juga menimpa kehidupan kota IA beserta penduduknya. Ya, bahkan kejahatan pun tanpa tedeng aling-aling merasuki kehidupan warganya yang selalu hidup tentram sejahtera gemah ripah loh jinawi. Kita mulai saja cerita ini.
Seorang detektif swasta yang bernama L sedang tertidur pulas ketika tiba-tiba dibangunkan oleh suara dering telepon.
(Telepon) : Kring kring….
L : Halo….
Penelepon : Tominya ada, om?
L : Siapa ini?
Penelepon : Eci, om.
L : Edi?
Penelepon : Eci!
L : Egi?
Penelepon : (mulai kesal) C! C! Charlie!
L : Oh Charlie… Kok suaranya kayak perempuan?
Penelepon : (kalap) WAAAAAAHHHH…. (langsung ditutup)
Karena telepon yang tidak jelas juntrungannya dari siapa (atau mungkin salah sambung, kali), maka L kembali meneruskan tidurnya. Tapi kembali tidurnya diganggu oleh suara dering telepon (lagi).
(Telepon) : Kring kring…. Kriiiing…. Angkat, tolol!
L : Halo, Charlie lagi ya?
Inspektur : Ini gue, ONYON!
L : Oh, inspektur Vijay! Eh, sorry… inspektur Bakwan. Ada apa nich pagi-pagi udah ngebangunin?
Bakwan : Ada kasus. Mendingan loe ke sini sekarang. Gue tunggu di… (bicara berbisik-bisik). OK?
L : Hah? Taman Lawang?
Bakwan : Dodol loe! Di… (kembali berbisik-bisik) OK, gue tunggu. Buruan kalo masih pengen gue gaji.
L : Siap, pak! Buru-buru nich, perlu mandi dulu gak?
Bakwan : (suara telepon dibanting) Tut tut tut
L segera bergegas, bersiap menuju ke TKP (Tempat Kejadian, Pak!). Tidak lupa ia mandi, menggosok gigi, lalu menolong ibu membersihkan tempat tidurku… (kok malah nyanyi ya?) Lalu ia menyetop taksi yang sedang parkir tak jauh dari apartemennya.
L : Pak, langsung berangkat!
Supir : Hah???
L : Ayo, cepetan! Udah ditungguin nich.
Supir : Iya iya iya (lalu men-starter mobilnya) (tak lama, taksinya terhentak keras, GUSRAAK!)
L : Ada apa lagi nich?
Supir : Bapak sich minta buru-buru. Tadi saya lagi ganti roda. Terus karena diminta buru-buru, jadi lupa dech masang bautnya lagi.
L : D***, s*** (mengumpat tidak jelas karena banyak disensor)
Akhirnya setelah melalui perjuangan yang sangat berat dan melelahkan (sampe ada adegan dorong di tanjakan 45 derajat), L tiba di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu di kediaman sang korban. Dan ia pun langsung disambut oleh inspektur Bakwan yang langsung menggenggam tangannya (eits, jangan berpikiran yang negatif)
Bakwan : Akhirnya kau tiba juga, L
L : Ya, aku memang sedikit terlambat. Sorry.
Bakwan : Huhuhu, terlambat sedikit ya? 5 jam itu menurut loe sedikit ya? (sambil membawa palu super jumbo) DOENG…..
L : Itai… yamete, yamete kudasai… (meringkuk di pojokan)
Bakwan : Gak usah banyak becanda. Kita kembali ke laptop! Kamu kenal orang ini?
L : (mengamati dengan seksama) Hmm… hmmm, ya ya… hmm, tidak tidak… (berpikir sebentar, lalu) AKU TAHU! Dia khan…
Bakwan : Ya, memang dia.
L : Dia… dia…
Bakwan : Ya, dugaanmu tidak salah.
L : Dia, dia… dia siapa ya? (GEDUBRAK!)
Bakwan : (kembali mengambil palu super jumbo, kali ini yang special limited edition)
Ternyata si korban adalah seorang pengusaha kaya yang kikir, pelitnya naujubile, suka mengumpat, menghardik orangtua, selalu lupa cebok kalo abis “poop” (udeh, terusin aja. Terus…) yang selalu bernasib naas n punya ngaran Galerians (akhirnya… ) L lalu meneliti dan mengamati si korban yang bernasib tidak seberuntung dengan wajahnya yang emang ganteng dari sononya (narsis)
L : Inspektur, si korban benar-benar mengalami kondisi yang sangat tragis.
Bakwan : Maksud anda?
L : Coba lihat sendiri. Selain ia mengalami luka tusukan dengan sebilah pisau di dadanya, tangannya patah seperti dipukul dengan benda tumpul. Lalu di punggungnya banyak luka bekas sabetan, entah dengan alat apa. Kedua kakinya hancur seperti digilas sesuatu. Lalu lehernya dipelintir ke belakang, kepalanya retak bekas pukulan benda keras. Oh, di sini ada bekas lubang di kepala akibat tembakan. Dan ditambah lagi, korban juga diminumi racun.
Bakwan : Perbuatan orang yang sangat dendam sekali kepada makhluk tak berdaya ini. (menggeleng-gelengkan kepala) Tragis sekali nasibnya.
L : Ya, beruntung sekali orang ini mati.
Bakwan : (menengok dengan pandangan curiga)
L : Eh, nggak nggak. Bukan maksudnya begitu… (gelagapan) (menelan ludah) Maksudnya, untung ia lekas mati. Coba kalo udah kayak gini masih hidup…
Bakwan : Ya, betul sekali.
L : Kapan korban ditemukan dan siapa yang menemukan?
Bakwan : Kebetulan saya sendiri yang menemukan. Waktu itu, saya sedang berjalan kaki menuju ke kantor polisi dan ketika menemukannya di halaman, sudah dalam kondisi begini. Tapi bukan gue khan pelakunya?
L : Kita belum tau selama belum ada penyelidikan. Sabar aja, inspektur! Paling kalo bener inspektur pelakunya, cuma dikerek di tiang gantungan kok.
Bakwan : (menelan ludah lebih banyak sambil mengurut dada) Oh ya, kami juga berhasil membawa beberapa orang saksi untuk dimintai keterangannya soal kasus pembunuhan ini. Mereka sudah menunggu di ruang tamu.
L : Semuanya ada berapa orang?
Bakwan : Ada 7 orang dan semua dengan alibi yang agak meragukan.
L : Baiklah! Mari kita segera temui para saksi itu.
Komentar